Kamis, 30 Januari 2014

Perjalanan Karir Chef Juna

Chef Juna Rorimpandey, Kecelakaan yang Berbuah Kesuksesan
Kamis, 11 Juli 2013 | 10:20
Juna Rorimpandey [inilah] Juna Rorimpandey [inilah]
Ada kecelakaan yang berbuah penderitaan, tetapi ada juga kecelakaan yang meninggalkan kebahagian bahkan kesuksesan. Kecelakaan berbuah kesuksesan itulah yang dialami Chef Juna Rorimpandey. Ketika ia tengah merantau di negeri Paman Sam, Juna sempat menjadi orang yang luntang lantung tanpa kerjaan. Dan satu-satunya tempat yang mau menerima ia bekerja kala itu hanyalah sebuah restoran.

"Karier aku sebagai chef sebenarnya karena kecelakaan. Aku bukan chef yang mengenyam pendidikan tinggi tentang kuliner. Semua pengetahuan aku tentang kuliner dipelajari lewat pengalaman dan coba-coba saja," kata Chef Juna ketika ditemui di sela-sela acara masak bersama Klop-in Ramadanmu Bersama Chef Juna di Pejaten Village, akhir pekan lalu.

Berkaca pada pengalamannya sebagai chef yang hanya dikarenakan faktor "kecelakaan", maka Juna pun tidak pernah pelit untuk berbagi pengalamannya. Siapa saja yang mau belajar untuk menjadi koki yang andal, ia bersedia bantu. Kesan mau membantu itu juga terlihat kala ia dengan sabar memberi contoh dan pengarahan kepada peserta cooking class. Semua peserta yang bertanya, ia ladeni dengan jawaban yang detil.

Bila menelisik jauh akan kesabaran, sebenarnya Juna dahalu bukanlah orang yang seperti sekarang. Di masa mudanya, kala ia merantau di Amerika Serikat, Juna sangat bandel. Ia memandang hidup hanya menjadi tempat melakukan kesenangan.

Sebelum menjadi koki terkenal, cita-cita Juna awalnya adalah menjadi seorang pilot terkemuka. Karena itu ia rela mengejar pendidikan pilot hingga ke Amerika. Namun sayang, ketika tengah mengenyam pendidikan pilot tiba-tiba kondisi keuangan keluarganya kritis. Dampaknya Juna tidak bisa meneruskan sekolah, atau ia harus bekerja untuk mendapatkan uang demi sekolahnya.

Pilihan bekerja pun ia lakoni. Meskipun di awal ia mulai mencari pekerjaan di Amerika sangat sulit. Ditambah lagi, Juna tidak punya uang untuk membeli makanan. Terpaksa Juna mengorek-ngorek tempat sampah di kota Amerika untuk mencari uang recehan. Bila uang receh sudah terkumpul 99 sen dolar Amerika, barulah ia bisa membeli burger. Dan bila tengah beruntung, dari hasil mengorek tempat sampah Juna bisa mengumpulkan 1 dollar 7 sen yang kemudian ia belikan chicken box (nasi dan ayam).

"Kalau mengingat masa-masa dulu, sedih rasanya. Tetapi aku pun merasa beruntung punya pengalaman menyedihkan itu, sehingga sekarang aku bisa menghargai hidup dan karierku," ungkap chef yang baru saja dinobatkan sebagai brand ambassador Klop.

Kisah Juna mengorek tempat sampah untungnya tidak berlangsung lama. Seorang teman kemudian merekomendasikan Juna untuk bekerja di sebuah restoran Jepang di Amerika. Di sana Juna bekerja sebagai pelayan, yang sehari-hari mendapat banyak perintah dari para koki restoran.

12 Menit
Sebuah ujian besar pun pernah diberikan seorang chef pada Juna. Ia diminta untuk mengupas 25 kilogram kentang dalam kurun waktu 15 menit. Hebatnya berkat tekad yang kuat, saat itu Juna mampu menyelesaikan ujiannya dalam waktu 12 menit saja. Sejak itulah, chef di restoran mempercayakan Juna untuk belajar memasak.

Setelah melewati banyak aral melintang, akhirnya Juna pun menerima pengakuan sebagai chef. Bahkan pemerintah Amerika sendiri mengakui Juna sebagai cfef yang hebat dalam urusan makanan sushi. Ia pun diberi gelar Sushi Chef.

Berpegang pada pengalaman panjangnya menjadi chef, maka Juna pun berpesan agar semua orang yang punya passion pada dunia masak-memasak jangan pernah kehilangan akal untuk berkreasi. Sebab menjadi seorang chef hebat itu sebenarnya tidak melulu harus melalui pendidikan tinggi. Juna sudah membuktikan itu semua. Faktor yang paling penting untuk meraih keberhasilan dalam hidup hanyalah sebuah tekad saja.

"Ketika kita memiliki tekad kuat, dan mau belajar demi mencapai tekad itu, maka masa depan akan kelihatan lebih cerah. Jangan pernah putus asa akan apa pun. Itulah yang hingga sekarang aku terapkan. Aku tidak pernah mau membatasi diri pada bidang makanan tertentu. Sebab aku yakin, aku mampu mengolah makanan apa saja menjadi nikmat," tegas pria single yang kini sudah menginjak usia 37 tahun.

Terkait dengan profesinya sebagai chef, Juna ternyata memiliki kenangan indah tentang masak bersama keluarga. Waktu kecil dulu, Juna ingat bahwa keluarganya memiliki kebiasaan untuk memasak bersama di hari-hari spesial. Semua orang dalam keluarga ambil bagian dalam memasak, setelah itu diakhiri dengan makan bersama di meja makan. Kebiasaan masak dan makan bersama itulah yang sangat membekas di memori Juna.

Harapan Juna, keluarga yang hidup di era modern dan serba sibuk dengan aktivitasnya, setidaknya bisa meluangkan waktu makan bersama keluarga. Sebab di waktu makan atau masak bersama itulah, harmonisasi tercipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar